Jelang Hari Kemerdekaan

Hampir 62 tahun,  bangsa yang besar ini mulai merangkak, dan hendak mencoba berlari. Kenyataan pedih yang menghadang langkah tak membuat bangsa ini berhenti dan mengeluh. Fenomena sosial politik silih berganti meniupkan ruh kehidupan berbangsa yang dinamis. Kebhinekaan budaya dan latar belakang-serta kepentingan- membuat jalinan yang harusnya jauh lebih kukuh, menjadi terkesan rapuh. Bukan perekat yang bermasalah, namun si penyusun yang enggan untuk merelakan batasan bernama “egoisme pribadi/kelompok” untuk menerima perekat itu menyatukan mereka. Anugerah alam yang melimpah di seluruh pelosok negeri hanya menjadi cerita penenang tidur, sampai si anak negeri terbangun di kemudian hari dan menyadari akan ketertinggalan yang semakin hari semakin jauh.

Berjuta kenyataan pahit yang tak kunjung berhenti terus mendera bangsa ini. Kepekaan yang kian jauh dari setiap tindakan anak negeri. Melihat nyawa-nyawa melayang untuk kesewenang-wenangan dan kekuasaan. Menipu sesama manusia bahkan saudaranya sendiri adalah suatu kelumrahan yang hendaknya dimaklumi. Biasa saja menyaksikan si miskin memakan sisa makanan di kala 50 meter dari tempat itu limpahan makanan tersisa di piring si kaya. Atau si miskin yang berjalan terik diantara debu serta sisa pembakaran kendaraan bermotor penuh racun, biaa saja bila ada sebuah mobil mewah melintas bahkan tak menoleh sedikitpun. Semakin biasa saja melihat ketimpangan yang membuat siapapun, yang dahulu membangun negeri ini, akan menarik nafas berat.

Presiden untuk Bangsa Ini

Bukan pesinden tapi Presiden. Sebuah jabatan paling yahud di negeri ini, karena saya yakin setiap partai yang berlomba2 menipu rakyat dalam pemilu memiliki satu tujuan untuk posisi ini. Figur yang di bawa si partai untuk menjadi presiden menjadi penentu banyaknya rakyat yang tertipu perolehan suara rakyat. Meskipun pada pemilu 2004, sistem pemilihan presiden dibuat dengan sistem pemilihan langsung dimana rakyat bisa memilih berdasarkan pilihan hati dan banyaknya jumlah uang saweran yang diberikan, bukan oleh majelis rakyat yang memang laknat itu.

Sudah tau belum syarat menjadi presiden Indonesia?

Berbagi peduli lewat blog

semoga dengan berdirinya blog ini, bisa memberikan warna dalam kehidupan per-blog-an indonesia.


selamat datang di indonesia!

hari nasional

Mei 2024
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031